PRAKTIKUM GELOMBANG
POLARISASI
Oleh
MALIASIH
4201411101
PENDIDIKAN FISIKA
Dosen : Bpk. Sarwi
Rekan Kerja : 1. Riza Ariyani
2. Uliya Mahalin
JURUSAN
FISIKA
FAKULTAS MATEMTIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2013
POLARISASI
A. TUJUAN
1.
Menyelidiki mengenai
salah satu sifat gelombang pendek yaitu polarisasi
2. Mengetahui
hubungan antara intensitas gelombang dengan sudut yang dibentuk
B. LANDASAN TEORI
Gelombang mikro merupakan gelombang
elektromagnetik yang bersifat transversal. Gelombang mikro atau dikenal sebagai
microwave ialah gelombang
elekromagnet yang mempunyai daerah frekuensi antara 109 sampai 3 x
1011 Hz (300 Ghz) atau derah panjang gelombang dari 30 cm sampai
dengan 1mm. daerah frekuensi antara 1 Ghz sampai 3 Ghz disebut daerah UHF
(Ultra High Frequency). Gelombang mikro banyak digunakan dalam radar, sistem komunikasi dan juga untuk mempelajari
struktur molekul dalam bahan. Sumber gelombang mikro adalah alat khusus yang
bekerja secara elektronik, seperti klistron, magnetron, dan Travelling Wave
tube (TWT). Salah satunya yang dipergunakan dalam eksperimen ini adalah Gunn
oscilator sebagai sumber gelombang elektromagnetik.
Salah satu sifat gelombang mikro adalah
polarisasi. Polarisasi hanya dapat terjadi untuk gelombang transversal dan
tidak untuk gelombang longitudinal. Fakta bahwa
cahaya dapat mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang
transversal. Polarisasi
adalah peristiwa tercapainya sebagian arah getar gelombang sehingga hanya
tinggal memiliki satu arah getar saja. Gelombang mikro diramalkan oleh teori
elektromagnet sebagai gelombang transversal, yaitu vektor listrik dan magnet
bergetar adalah tegak lurus kepada arah penjalaran. Arah polarisasi pada
gelombang elektromagnetik yang terpolarisasi bidang diambil sebagai arah vektor
medan listrik.
Pada umumnya, gelombang
cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu gelombang yang mempunyai banyak
arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi, sedangkan gelombang yang
memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.
Gambar.1 di bawah menujukkan penempatan
pelat pemolarisasi kedua P2. jika P2 dirotasikan terhadap
arah penjalaran, maka ada dua kedudukan yang terpisah sebesar 1800,
dengan intensitas gelombang yang ditransmisikan hampir sama dengan nol.
Gambar
1. Gelombang tak terpolarisasi tidak ditransmisikan
oleh pelat-pelat pemolarisasi sisi yang
bersilangan
Jika amplitudo dari gelombang
terpolarisasi bidang yang jatuh pada P2 adalah Em maka
amplitudo gelombang yang keluar adalah:
Em
cos θ
dengan
θ adalah sudut diantara arah polarisator P1 dan P2,
dengan mengingat bahwa intensitas yang
ditransmisikan I berubah dengan θ menurut Snellius:
I = Im cos2 θ
(3)
Dengan Im
adalah nilai maksimum dari intensitas yang ditransmisikan, nilai maksimum
tersebut terjadi bila arah polarisator P1 dan P2 adalah
sejajar, yaitu bila θ = 1800.
Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara,
antara lain karena peristiwa pemantulan, pembiasan, bias kembar, absorbsi
selektif, dan hamburan.
1.
Polarisasi karena Pemantulan
Cahaya yang
datang ke cermin dengan sudut datang sebesar 57o, maka sinar yang
terpantul akan merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari
cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin.
Apabila cermin II diputar sehingga
arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak
akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan
terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin
II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak
terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan
menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak
2.
Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
Polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi
apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus
atau membentuk sudut 90o.
Di mana cahaya yang dipantulkan
merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan
sinar terpolarisasi sebagian. Sudut datang sinar yang dapat menimbulkan
cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang
terpolarisasi.
Sudut datang seperti ini dinamakan
sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster. Pada saat sinar pantul dan sinar
bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa : i'
+ r = 90o atau r = 90o - i
3.
Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
Polarisasi karena bias kembar dapat
terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias ganda
atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.
Cahaya yang lurus disebut cahaya
biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi.
Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi
hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.
4.
Polarisasi karena Absorbsi
Selektif Polaroid adalah suatu bahan
yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang cahaya dan hanya melewatkan
salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati polaroid hanya akan
memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati polaroid
adalah sinar yang terpolarisasi.
Peristiwa polarisasi ini disebut
polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari
(kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.
5.
Polarisasi karena Hamburan
Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi
pada peristiwa terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di
atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel
debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan
berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling
efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.
6.
Pemutaran Bidang Polarisasi
Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator
sehingga cahaya yang diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati
zat optik aktif, misalnya larutan gula pasir, maka arah polarisasinya dapat
berputar.
A. ALAT DAN BAHAN
1. Transmitter
Receiver
2. Component
Holder
3. Geniometer
4. Narrow
Slit Spacer
B.
CARA
KERJA
1.
Menyusun alat-alat
seperti pada gambar di bawah dengan posisi penerima seperti semula (00).
Sisi corong yang penjang letaknya horizontal.
1.
Melepaskan polarisatornya dari statif.
Memutar penerima sehingga sisi panjangnya dari corongnya tegak lurus.
2.
Membaca dan
mencatat pembaca pada penerima untuk intensitas maksimum (Im).
3.
Mengatur kududukan
polisator pada sudut 00.
4.
Mengatur lengan alat
penerima sampai dideteksi isyarat yang maksimum, tanpa mengubah kedudukan
pemancar maupun reflektor. Kemudian mencatat pembacaan pada penerima untuk
intensitasnya.
5.
Melakukan hal yang sama
untuk sudut yang lain (00 , 22.50,
450, 67.50, 900 ).
6.
Melakukan hal yang sama
pula dengan variasi sudut receiver
(sudut polarisator, dan sudut lengan tetap).
7.
Melakukan hal yang sama
pula dengan variasi sudut lengan (sudut
polarisator, dan sudut receiver tetap).
A. DATA PENGAMATAN
1.
Variasi sudut polarisator, sudut receiver tetap, sudut lengan
tetap
sudut receiver = 2700 sudut
lengan = 00
No
|
I0 (mA)
|
q (polarisator)
|
Im (mA)
|
1
|
9
|
00
|
4,2
|
2
|
9
|
22,50
|
3,6
|
3
|
9
|
450
|
2,1
|
4
|
9
|
67,50
|
0,6
|
5
|
9
|
900
|
0
|
2.
Variasi sudut receiver, sudut polarisator tetap, sudut lengan
tetap
sudut polarisator = 00 (horizontal) sudut lengan = 00 (sejajar)
No
|
I0 (mA)
|
q (polarisator)
|
Im (mA)
|
1
|
0
|
00
|
0
|
2
|
0,18
|
450
|
0,09
|
3
|
6
|
900
|
3
|
4
|
0,24
|
1350
|
0,12
|
5
|
0
|
1800
|
0
|
3. Variasi sudut lengan, sudut polarisator tetap, sudut receiver
tetap
sudut polarisator = 00 (horizontal) sudut receiver =2700
No
|
I0 (mA)
|
q (polarisator)
|
Im (mA)
|
1
|
9
|
00
|
4,2
|
2
|
7,5
|
50
|
3,3
|
3
|
6,6
|
100
|
3
|
4
|
2,7
|
150
|
1,2
|
5
|
0
|
200
|
0
|
B.
ANALISIS
DATA
I = Im cos2 θ
1. I
= Im cos2 θ
I = Im cos2 00
I
= 9. 12 secara praktikum
I
= 9 4,2
Kesesatan 0%
Ketepatan 100%
2. I
= Im cos2 θ
I = Im cos2 22,50
I
= 0,8. 12 secara praktikum
I
= 0,8 0,8
Kesesatan 0%
Ketepatan 100%
3.
# Perhitungan Im
secara teori
No
|
I0
|
q
|
Im
|
1
|
0,8
|
0
|
0,8
|
2
|
0,2
|
20
|
0,226
|
3
|
0,14
|
30
|
0,187
|
4
|
0,12
|
45
|
0,240
|
5
|
0,1
|
60
|
0,400
|
6
|
0,06
|
70
|
0,513
|
7
|
0
|
90
|
~
|
1.
PEMBAHASAN
Pada
percobaan gelombang mikro kali ini kami memilih sub bab mengenai gejala
polarisasi yang terjadi pada gelombang mikro. Pada percobaan kali ini yang
gelombang cahaya yang digunakan adalah gelombang cahaya tampak. Gelombang
cahaya terbentuk karena terjadi gerakan gelombang listrik dan magnet yang
saling tegak lurus kepada arah penjalarannya, disebut gelombang
elektromagnetik. Semua radiasi elektromagnetik adalah gelombang transversal
yang memiliki ciri dapat mengalami polarisasi.
Tidak
seperti gejala difraksi dan lainnya yang dapat dialami oleh gelombang
transversal dan gelombang longitudinal, gejala polarisasi hanya dapat dialami
oleh gelombang transversal. Hal ini karena Gejala polarisasi dapat digambarkan
dengan gelombang yang terjadi pada tali yang dilewatkan pada celah. Apabila
tali digetarkan searah dengan celah maka gelombang pada tali dapat melewati
celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah tegak lurus celah
maka gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut. Pada gelombang
cahaya tampak, yang sebelumnya terdiri dari medan listrik dan medan magnet
setelsh melewati bidang polarisasi salah satunya akan menjadi terkutubkan
sehingga keluarannya akan menjadi satu bidang getar saja.
Pada
percobaan polarisasi kali ini kami menggunakan variasi sudut putar. Hal ini
untuk mengetahui hubungan antara sudut polarisasi dengan intensitas mula – mula
dan intensitas keluaran. Sudut – sudut yang digunakan antara lain : 00, 200,
300, 450, 600, 700, 900.
Selain itu kami juga menggunakan dua jenis polarisator. Yaitu polarisator kayu
dan polarisator besi.
Pada
saat menggunakan polarisator kayu terlihat bahwa semakin besar sudutnya semakin
besar intensitas keluarannya, kecuali saat sudutnya 0.
Dari
variasi polarisator kayu dan besi didapatkan bahawa Grafik Im menggunakan
polarisator kayu lebih beraturan daripada menggunakan polarisator besi.
Dengan
menggunakan ralat grafik didapatkan nilai Im => menggunakan Polarisator kayu
= 0,179 ± 0,0965 dan dengan menggunakan polarisator besi = 0,125 ± 0,085.
Ketelitian
percobaan menggunakan polarisator kayu juga lebih tinggi daripada menggunakan
polarisator besi, yaitu 47 % dibanding 32%. Akan tetapi nlai ini termasuk
sangat rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa kesalahan paralaks
dan praktikum yang dilakukan oleh praktikan saat melakukan eksperimen.
2.
KESIMPULAN
1.
Dengan menggunakan
polarisator kayu Im = 0,179 ± 0,0965 sedangkan dengan menggunakan polarisator
besi Im = 0,125 ± 0,085.
2.
Polarisasi adalah
peristiwa tercapainya sebagian arah getar gelombang sehingga hanya tinggal
memiliki satu arah getar saja
3.
. Polarisasi hanya
dapat terjadi untuk gelombang transversal dan tidak untuk gelombang
longitudinal. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami
polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal
3.
DAFTAR PUSTAKA
Giancolli, 2001. Fisika Dasar 2 Edisi Kelima. Jakarta
Erlangga.
Halliday,D dan Resnick,R. 1984. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Liang. 2006. Aplikasi Elektromagnetik. Jakarta: Erlangga.
Hidayatiningsih,Triya
, Yusuf Wongos. 2011. Polarisasi Cahaya. Laboratoriom Eksperimen Fisika Fmipa Unesa.
No comments:
Post a Comment